
Sebagai upaya mendorong daya saing industri dalam negeri, Universitas Gadjah Mada melalui Pusat Kajian LKFT menggagas kerjasama strategis dengan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia untuk menyusun Roadmap Industri Keramik Nasional 2025–2035. Inisiatif ini bertujuan menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari lima produsen ubin keramik terbesar di dunia dalam kurun waktu satu dekade mendatang. Tim penyusun terdiri dari para ahli lintas fakultas UGM, yakni Prof. Chandra Wahyu Purnomo (Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik), Dr. Maharani Hapsari (FISIPOL), dan Dr. Rocky Adiguna (FEB), bersama tenaga ahli lainnya.
Pada tahun 2024, Indonesia berada di posisi keempat dunia dari sisi kapasitas terpasang produksi ubin keramik, yakni sebesar 625 juta meter persegi per tahun. Namun, rendahnya tingkat utilisasi yang hanya sekitar 62% menempatkan Indonesia di peringkat kedelapan dalam produksi aktual. Tantangan utama sektor ini meliputi ketergantungan bahan baku impor, fluktuasi pasokan energi, serta persaingan ketat dengan produk impor murah, terutama dari China. Oleh karena itu, roadmap ini dirancang untuk mendorong pemanfaatan sumber daya lokal, efisiensi energi, serta integrasi industri dalam satu ekosistem yang berdaya saing tinggi.
Strategi yang diusulkan dalam roadmap ini mencakup inovasi teknis seperti substitusi bahan baku, diversifikasi energi melalui teknologi pembakaran dan gasifikasi, serta pengembangan klaster industri yang terintegrasi. Dari sisi kebijakan ekonomi, roadmap ini mengusulkan pemerataan logistik melalui skema kuota pelabuhan, penguatan industri antara, dan penerapan prinsip ekonomi sirkular. Tak kalah penting, aspek keberlanjutan melalui penerapan standar ESG (Environment, Social, Governance) juga menjadi fondasi untuk meningkatkan daya saing industri secara global dan berkelanjutan.
Roadmap ini disusun melalui pengumpulan data di lapangan dan diskusi intensif dengan pemangku kepentingan industri, termasuk Kemenperin, pelaku usaha yang diwakili Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), serta akademisi. Selain mendukung penguatan industri nasional, inisiatif ini juga berkontribusi langsung pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama pada poin 7 (energi bersih), 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), 9 (industri dan inovasi), 12 (konsumsi dan produksi berkelanjutan), dan 17 (kemitraan untuk tujuan). Dengan sinergi yang solid antara akademisi, pemerintah, dan pelaku industri, Indonesia optimis mampu menjadi salah satu pemimpin global dalam industri keramik pada 2035.